Sudah saatnya kaum muda bertindak
nyata di lingkungan masyarakat. Kita sebagai kaum yang mengatakan diri sebagai
golongan intelektual harus mencoba mencarikan solusi nyata untuk permasalahan
akut yang terjadi pada adik-adik kita. Mereka yang candu dengan bermain game di
warnet-warnet akan menjadi generasi yang tidak tahu apa-apa tentang ilmu
pengetahuan, mereka hanya akan menjadi generasi yang mempunyai mental yang
lemah dan penuh amarah. Mereka akan cenderung bersikap anarki ketika
menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya. Kenapa? Seringkali saya
menyaksikan anak-anak yang bermain game di warnet mengeluarkan kata-kata kotor
kalau mereka kalah, kemudian, jika ada gangguan sedikit saja dengan komputernya
merka betindak tidak sabaran, itu mempengaruhi pada psikologi anak-anak. Mereka
akan tumbuh sebagai anak yang tempramen dan mudah stress.
Kita sebagai kaum terpelajar yang
menganggap betapa pentingnya membaca buku untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dan memperluas wawasan kita, harus memberikan pengertian kepada orang tua
mereka untuk menanamkan cinta membaca sejak kecil. Karena bagaimanapun orang
tua lah yang menjadi guru pertama bagi anak.
Setelah kita kembali ke kampug halaman masing-masing alangkah baiknya jika
kita mengadakan sebuah sosialisasi tentang pentingnya membaca bagi anak.
Tentunya dengan terlebih dahulu berkerjasama dengan aparat pemerintah setempat.
Saya yakin aparat pemerintah setempat pun akan setuju dengan hal ini. Akan
tetapi sebelum kita mengadakan sosialisasi itu, terlebih dahulu kita harus
mengadakan kerjasama dengan para penerbit supaya bersedia menyumbangkan
sebagian bukunya untuk dibaca adik-adik kecil kita. Sehingga terciptalah sebuah
perpustakaan mini yang bermanfaat. Atau bisa juga, kita sewaktu kuliah
menyisihkan uang untuk membeli buku anak-anak yang tidak sempat kita baca
ketika kecil. Buku apa saja yang penting bermanfaat. Saya sedang berusaha
melakukan itu. Ada beberapa buku yang sudah saya beli dengan harga murah. Buku
itu saya simpan atau saya pinjamkan kepada keponakan saya untuk dibaca.
Ketika kita sudah mempunyai modal
buku yang lumayan untuk bahan bacaan anak-anak, kita mencoba berbicara dengan
para orang tua mereka dari hati ke hati. Pasti agak sulit mengubah kebiasaan
ini, akan tetapi inilah hal pertama yang harus dilakukan. Apalagi jika kita
berada di lingkungan ekonomi menengah ke bawah. Kita harus ekstra keras
memberikan pengarahan kepada mereka, selain menyediakan buku-buku gratis yang
siap baca. Karena pendidikan orang tua pun berpengaruh terhadap pola mendidik
anak, termasuk bagaimana mereka melihat pentingnya budaya membaca sejak berada
di rumah.
Seringkali kita mendengar para orang
tua mengeluh karena anaknya tidak senang membaca dan belajar, mereka hanya
senang bermain terutama main game, sehingga mereka lupa mengerjakan PR yang
diberikan guru. Sejatinya budaya membaca buku di dalam rumah akan tercipta jika
buku diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini. Peran orang tua sangat penting
di sini. Orang tua bisa melakukan sebuah usaha seperti membacakan cerita-cerita
rakyat terlebih dahulu atau cerita yang lainnya, tentu saja dengan gaya
penceritaan yang dapat memikat anak kita, lalu diceritakan juga betapa
menariknya membaca buku, sehingga jika anak sudah mampu membaca ia akan
ketagihan membaca (Nafisah). Jika ini sudah terjadi maka kecil kemungkinan
anak-anak tidak akan senang membaca buku.
Begitulah kira-kira salah satu usaha
untuk meningkatkan budaya membaca pada adik-adik tercinta kita. Hal ini akan
memberikan dampak yang besar terhadap dunia pendidikan. Anak-anak akan menjadi
cerdas. Ketika anak sudah cerdas, pasti membutuhkan guru yang cerdas pula. Ini
akan menuntut para guru-guru kita (yang tidak senang membaca buku, dan hanya
membaca buku mata pelajarannya saja) untuk membaca juga, untuk menjadi cerdas
juga. Begitulah kira-kira.